Foto dokumentasi Jogjacagar
11 Juni 2025 (HR) – Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Medang (Mataram Kuno) yang berangka tahun 700 Saka atau 778 M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam aksara Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini menyebutkan bahwa para guru raja Sailendra berhasil memperoleh persetujuan Maharaja Dyah Pancapana Panamkarana (Kariyana Panamkarana) atas permintaan keluarga Sailendra, untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para sangha (komunitas kebiarawan dalam Agama Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.
Prasasti ini menyebutkan pula gelar Sailendrawamsatilaka (Permata Keluarga Sailendra); yang mana sebagian ahli menganggapnya sebagai gelar Maharaja Panamkarana sendiri, sedangkan lainnya menganggapnya sebagai raja yang berbeda dari Wangsa Sailendra.
Prasasti Kalasan merupakan bukti penting tentang Kerajaan Mataram Kuno, khususnya Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, serta hubungan keduanya dalam hal pemujaan agama. Prasasti ini menunjukkan adanya kerjasama dan toleransi agama antara kedua dinasti, meskipun masing-masing memiliki aliran agama yang berbeda (Hindu dan Buddha).
Lebih detailnya, Prasasti Kalasan mengungkap:
1. Permintaan Wangsa Syailendra:
Para penasehat keagamaan dari Wangsa Syailendra memberikan saran kepada Maharaja Panangkaran (Rakai Panangkaran) untuk membangun bangunan suci bagi pemujaan Dewi Tara.
2. Bangunan Suci (Candi Kalasan):
Prasasti ini menyebutkan bahwa Rakai Panangkaran, atas permohonan Wangsa Syailendra, mendirikan Candi Kalasan sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.
3. Pembangunan Bersama:
Prasasti ini mencatat bahwa pembangunan Candi Kalasan dilakukan secara bersamaan antara masa Kerajaan Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra), karena Rakai Panangkaran menikahi Dyah Pramodya Wardhani dari Wangsa Syailendra.
4. Gelar Sailendrawamsatilaka:
Prasasti Kalasan menyebutkan gelar Sailendrawamsatilaka, yang diyakini sebagai gelar Rakai Panangkaran atau gelar raja lain dari Wangsa Syailendra.
5. Keterangan Tambahan:
Prasasti Kalasan juga menjelaskan tentang ketaatan Mataram Kuno dalam menghormati Dewi Tara, serta peran penting Wangsa Syailendra dalam pemujaan Buddha.
Dengan demikian, Prasasti Kalasan tidak hanya memberikan gambaran tentang sejarah pembangunan Candi Kalasan, tetapi juga tentang interaksi, toleransi, dan kerjasama antara Dinasti Sanjaya dan Syailendra dalam Kerajaan Mataram Kuno.
Repost: Redaksi HR
Sumber: Museum Nasional Indonesia