Senin, 6 Okt 2025
PariwisataPojok Opini

Kulon Progo dan Ziarah Batin yang Tak Pernah Usai

Oplus_131072

Foto: ilustrasi destinasi wisata religi goa Maria 

Oleh: (Harian Rakjat)

Di tengah derasnya arus modernisasi dan pembangunan infrastruktur, Kabupaten Kulon Progo seakan tetap berdiri sebagai oase yang menjaga keteduhan batin. Tak hanya menawarkan lanskap alam yang memanjakan mata, wilayah ini juga menyimpan kekayaan spiritual yang patut dijaga: wisata religi yang bukan sekadar tempat, tetapi ruang kontemplasi jiwa.

Kulon Progo tidak menghadirkan wisata religi dalam kemasan gemerlap atau artifisial. Sebaliknya, kesederhanaan dan kesakralan justru menjadi daya tarik utamanya. Ambil contoh Makam Kyai Krapyak di Panjatan. Di sinilah tokoh penyebar Islam di wilayah barat Yogyakarta dimakamkan. Suasana sunyi, rindangnya pepohonan, dan kearifan masyarakat setempat menjadikan tempat ini tak hanya layak diziarahi, tetapi juga direnungi.

Sementara itu, Masjid Agung Wates berdiri dengan keanggunan sederhana. Tak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, masjid ini juga menjadi simbol kebersamaan lintas generasi. Di sinilah Islam hidup bukan sekadar dalam ritual, tetapi juga dalam nilai sosial dan budaya yang menyatu dalam kehidupan masyarakat Kulon Progo.

Menelusuri lebih dalam ke perbukitan Menoreh, kita akan menjumpai Gua Maria Sendangsono, destinasi ziarah utama umat Katolik yang telah menjadi ikon spiritual nasional. Air sendang yang mengalir abadi di sana dipercaya membawa berkah, bukan karena mitos, tetapi karena keyakinan yang dipupuk melalui generasi. Sendangsono bukan sekadar gua batu, melainkan ruang batin yang menjembatani manusia dengan Tuhannya.

Masih dalam wilayah Kalibawang, Sendang Beji berdiri sebagai saksi sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa. Konon, Sunan Kalijaga pernah berwudhu di mata air ini. Kini, tempat itu tetap hidup sebagai lokasi ziarah, tempat mandi spiritual, dan simbol kesucian yang melewati zaman.

Kulon Progo mengajarkan kita bahwa ziarah tidak melulu soal jarak tempuh atau jumlah kunjungan. Ziarah di sini adalah ziarah batin—perjalanan menuju keheningan dan pemaknaan hidup. Tak heran, tempat-tempat ini tak pernah sepi dari peziarah, bahkan ketika promosi wisata belum menjadi prioritas.

Kini, saat pariwisata menjadi pilar ekonomi, wisata religi di Kulon Progo bisa menjadi model—bahwa spiritualitas dan pariwisata bisa berjalan berdampingan tanpa saling menanggalkan nilai. Bukan tentang membangun yang megah, melainkan merawat yang sakral.

Kulon Progo bukan hanya destinasi. Ia adalah pesan sunyi bagi siapa pun yang ingin kembali pulang—bukan hanya ke kampung halaman, tapi juga ke dalam diri sendiri.

Tags:Dinas pariwisata kabupaten KulonprogoGoa mariaMakam kyai Krapyak 2Wisata religi KulonprogoZiarah batin


Baca Juga