Minggu, 5 Okt 2025
Pojok Opini

Dari Grand Line ke Dunia Nyata: Ketika Bendera Topi Jerami Menjadi Simbol Perlawanan

Foto: Ilustrasi (AR)

Oleh: Muhammad Arifin 

Di tengah hiruk-pikuk demonstrasi, di antara spanduk protes dan bendera merah-putih, tampak satu bendera lain yang tak biasa: tengkorak tersenyum dengan topi jerami. Bendera Topi Jerami, milik bajak laut fiktif Monkey D. Luffy dalam seri One Piece, dikibarkan tinggi, bukan sekadar bentuk fandom, melainkan sebagai simbol perlawanan.

Bukan tanpa alasan. Dalam jagat One Piece, bendera bajak laut bukan hanya identitas kelompok, tapi lambang kebebasan sejati. Ia menolak tunduk pada tatanan yang tidak adil dan selalu berpihak pada kaum tertindas. Nilai-nilai itulah yang membuat banyak anak muda merasa lebih terwakili oleh dunia fiksi ketimbang oleh institusi resmi. Ketika suara dibungkam, simbol pun bicara.

Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Mudzakkir, menjelaskan bahwa tidak ada dasar hukum yang cukup untuk mempidanakan aksi pengibaran bendera One Piece, selama tidak melanggar ketentuan formal mengenai penghormatan terhadap Bendera Merah Putih. Tidak ada pasal yang bisa dijadikan landasan pidana, asalkan bendera tersebut tidak dipakai satu tiang bersama Merah Putih, tidak dimaksudkan menggantikan posisi bendera negara, dan tidak menistakannya. Jika pengibaran itu dilakukan sebagai simbol protes terhadap kebijakan yang tidak pro rakyat, tindakan itu sah secara hukum dan dijamin sebagai bentuk kebebasan berekspresi.(Kompas.com)

Pengibaran bendera karakter fiktif merupakan bentuk ekspresi warga terhadap ketidakadilan yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Yang terpenting, bendera Merah Putih tetap berada di tiang tertinggi sebagai simbol persatuan nasional.

Fenomena ini sebetulnya bukan bentuk pemberontakan atau makar. Justru, di balik kain hitam bergambar tengkorak itu, tersembunyi kecintaan pada negeri ini: kecintaan yang membuat banyak orang tidak mau diam melihat ketidakadilan. Bahwa generasi muda mencari bahasa simbol yang lebih segar, lebih dekat dengan narasi kebebasan yang selama ini mereka rindukan.

Pada akhirnya, yang paling penting, masyarakat Indonesia tetap menghormati Merah Putih dan menjaga nilai-nilai luhur perjuangan bangsa. Selama ekspresi itu dilakukan secara damai, tidak melanggar hukum, dan tidak mencederai martabat simbol negara, tindakan ini adalah wujud hak konstitusional untuk menyatakan pendapat.

Karena kebebasan, keberanian, dan solidaritas, bukan hanya hidup dalam cerita bajak laut fiksi. Mereka tumbuh di hati rakyat yang masih percaya, bahwa harapan tak pernah bisa dibungkam.

(AR)

Tags:Dari grand line ke dunia nyataJogja IstimewaOne pieceViral

119|Share :

Baca Juga