Foto: tampak beberapa layang-layang milik peserta JIKF di langit Parangkusumo.
Harian Rakjat, Yogyakarta — Festival Layang-Layang Internasional Tahun 2025 resmi ditutup hari ini di Yogyakarta. Kompetisi tahunan bergengsi ini menampilkan puluhan tim dari berbagai daerah dan negara, dengan tim Komam Kite dan Yudhistira Kite mencuri perhatian lewat dominasi prestasi di sejumlah kategori.
Di kategori Lomba Tradisional, tim Komam Kite menyabet Juara I lewat karya Batik Parang yang mengesankan para juri dengan skor tertinggi 970. Tim ini juga kembali mencatatkan prestasi di kategori Lomba 2 Dimensi melalui Satria Winara, yang membawa mereka kembali ke podium tertinggi dengan skor 945.
Pada kategori Rokaku Challenge, kecepatan dan ketahanan layang-layang diuji. Tim Pelangi Jepara keluar sebagai juara dengan waktu terbang tercepat 15 detik, disusul oleh Yudhistira Kite (18 detik) dan Panji Kite Cilacap (20 detik).
Sementara itu, di kategori Lomba 3 Dimensi, tim Aqila KC berhasil menjadi yang terbaik lewat layang-layang berbentuk Kalajengking yang menawan, meraih skor 925.
Kategori Lomba Train juga mencuri perhatian penonton. Tim Yudhistira Kite kembali menorehkan prestasi dengan karya Dewandra Nusantara dan mengukuhkan diri sebagai Juara I dengan skor sempurna 970. Disusul Pelayang Binangun (Sekar Pengayom Jagad) dan Lampung Kite (Taksaka) di posisi kedua dan ketiga.
Tak hanya peserta lokal, festival ini juga diramaikan oleh partisipasi internasional. Salah satu peserta asal Slovakia, saat ditemui di lokasi, menyampaikan kesannya:
“Ini pengalaman baru buat kita. Saya senang bisa sambil liburan di Yogyakarta. Dan ini baru pertama kali juga saya ikut festival layang-layang internasional di Yogyakarta,” tuturnya.
Meskipun belum berhasil meraih juara, ia mengaku puas dan antusias bisa terlibat dalam festival budaya yang meriah dan sarat nilai seni tersebut.
Festival yang berlangsung sejak pekan lalu ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga ruang temu lintas budaya dan kreativitas.
“Festival ini bukan hanya soal kompetisi, tapi juga merayakan warisan budaya dan kolaborasi antar komunitas,” ungkap salah satu juri dalam penutupan acara.
Keputusan resmi diumumkan pada 27 Juli 2025 di Yogyakarta. Seperti biasa, keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
(AR).