Kamis, 25 Sep 2025
Pojok Opini

Merdeka? Atau Kemerdekaan yang Dibajak?

Foto: Ilustrasi (AR). Klaten, (12/08/2025).

Oleh: Muhammad Arifin 

Harian Rakjat, Klaten – Merdeka katanya. Namun, apakah benar kita merdeka? Kemerdekaan yang diraih dengan darah dan nyawa para pahlawan kini tercabik oleh penguasa yang justru mengkhianatinya. Pancasila, sebagai dasar negara dan falsafah bangsa, sudah berubah menjadi slogan kosong.

Keadilan sosial yang dijanjikan hanya milik segelintir elit yang sarat harta, jabatan, dan kekuasaan. Rakyat? Mereka hanya menjadi korban dari permainan politik dan korupsi yang merajalela.

Merah putih, lambang keberanian dan kesucian, kini ternoda. Putihnya kian pudar, terkelupas oleh tangan-tangan kotor oknum pejabat yang rakus dan tamak.

Atas nama kebijakan, mereka merampas hak rakyat, menghisap kekayaan negara, dan membungkam suara-suara kritis.

Hukum? Kini hanya alat untuk membungkam rakyat kecil dan melindungi para koruptor.

Ketidakadilan menjadi norma, di mana yang kuat menginjak yang lemah tanpa rasa bersalah. Pajak dinaikkan demi menambah kantong para pejabat, sementara rakyat kecil makin tercekik dalam kemiskinan dan ketidakpastian.

Garuda yang dulu gagah kini hanya simbol kosong yang dipakai untuk menutupi ambisi dan kerakusan penguasa. Jabatan dijadikan ladang keuntungan, pengkhianatan menjadi strategi bertahan.

Keadilan sosial? Hilang, lenyap ditelan keserakahan.Rakyat semakin terperangkap dalam tekanan, dengan harapan yang kian menipis.

Merdeka? Mungkin hanya milik mereka yang duduk di kursi kekuasaan, bukan rakyat yang setiap hari berjuang keras untuk bertahan hidup.

Saatnya kita bertanya: Apakah kita benar-benar merdeka? Atau hanya menjadi budak dalam negeri sendiri?

(AR).

Tags:Dirgahayu Republik Indonesia ke-80Jogja IstimewaKeadilan sosial hanya omong kosongKemerdekaan yang sejatiKlaten bersinarMerdeka untuk siapa?

102|Share :

Baca Juga