Senin, 6 Okt 2025
Pojok Opini

Merdeka yang Tak Pernah Kita Miliki

Foto: Ilustrasi AR, Opini, Rabu (13/08/2025).

Oleh: Muhammad Arifin 

Harian Rakjat, Yogyakarta – Di sudut jalan, di atas beton yang dingin, dua anak terlelap. Bukan karena kenyamanan, tapi karena kelelahan. Bukan karena perut kenyang, tapi justru untuk mengusir rasa lapar yang mencengkeram. Satu menjadi bantal bagi yang lain, saling menghangatkan di tengah udara malam yang menusuk.

Lalu kita bertanya pada hati sendiri: benarkah kita sudah merdeka? Apa arti 80 tahun kemerdekaan jika anak-anak masih tidur di jalanan, perut kosong, tubuh kurus, dan masa depan yang samar?

Kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan dulu adalah kemerdekaan dari penindasan, dari kelaparan, dari ketidakadilan. Tapi kini, yang kita saksikan adalah bangsa yang membiarkan sebagian rakyatnya terjajah oleh kemiskinan. Di saat yang sama, sebagian orang menghambur-hamburkan miliaran rupiah untuk pesta kemerdekaan yang gemerlap, tanpa peduli mereka yang tak pernah mencicipi arti kemerdekaan itu sendiri.

Mereka yang di kursi kekuasaan berbicara lantang soal pembangunan dan kemajuan. Namun, di trotoar, di kolong jembatan, di gubuk-gubuk reyot, rakyat kecil belajar bertahan hidup dengan satu-satunya modal: sabar.

Dan di tengah hiruk pikuk perayaan, suara-suara yang memprotes kesenjangan dianggap mengganggu. Padahal, bukankah justru itulah suara yang seharusnya paling didengar?

Merdeka bukan sekadar upacara, bukan parade, bukan pesta kembang api. Merdeka adalah ketika tak ada lagi anak yang harus tidur di perut lapar saudaranya demi bermimpi indah. Merdeka adalah ketika tak ada lagi yang merasa kemerdekaan hanyalah milik segelintir orang di istana.

Selama anak-anak seperti itu masih ada, kemerdekaan kita belum utuh, bahkan mungkin belum pernah benar-benar ada.

(AR)

Tags:Berita JogjaIndonesiaJogja IstimewaMerdeka yang tak pernah kita milikiOpini

122|Share :

Baca Juga