Foto: ilustrasi
Oleh: Drs. R. Widodo Triasmoro
Sejarawan dan Pegiat Budaya Menoreh
“Suatu daerah akan kehilangan jiwanya jika melupakan sejarahnya sendiri.”
Harian Rakjat, Kulonprogo – Kulonprogo memang sedang naik daun sebagai destinasi wisata alam. Namun di balik eksotisme Menoreh dan pantai selatannya, daerah ini menyimpan memori sejarah yang luar biasa, jejak-jejak awal Mataram Islam yang hingga kini belum digarap secara serius.
Sebut saja Makam Ki Ageng Krapyak di Panjatan, yang tak hanya menjadi situs ziarah, tapi juga simpul sejarah berdirinya Mataram. Di tempat lain, Puncak Suroloyo masih menyimpan cerita spiritual Sultan Agung, sementara beberapa pesisir seperti Bugel dan Congot menyimpan potensi sebagai bekas jalur dagang Kerajaan.
Sayangnya, hingga kini, belum ada jalur wisata sejarah resmi yang menghubungkan titik-titik penting ini. Minimnya papan informasi, riset akademik yang terbatas, serta kurangnya pelibatan masyarakat menjadikan narasi besar ini seolah tidur di dalam tanah.
Kita tak bisa hanya mengandalkan keindahan alam. Jati diri daerah dibangun dari sejarahnya. Maka penting bagi pemerintah daerah untuk membentuk “Jalur Warisan Mataram di Kulonprogo”, bekerja sama dengan pegiat budaya, komunitas pemuda, dan sekolah-sekolah.
Dengan narasi yang kuat, situs sejarah bukan sekadar tempat kunjungan, tapi menjadi ruang edukasi dan kontemplasi. Di sinilah nilai-nilai seperti kesederhanaan, spiritualitas, hingga perjuangan leluhur bisa ditransmisikan ke generasi muda.
Sudah waktunya Kulonprogo tidak hanya menjual panorama, tapi juga memuliakan sejarahnya sendiri.(AR)